SELAMAT DATANG !

Sukses Buat Kita!!

Senin, 30 Januari 2012

Bangunan Air - Bendung Gerak Serayu

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat diketahui bahwa hubungan antara manusia dengan sumber daya air sudah terjalin sejak berabad-abad yang lalu. Kerajaan-kerajaan besar yang sempat mencapai kejayaannya, baik di negara kita maupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul dan berkembang dari lembah dan tepi sungai (Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mesir, Mesopotamia, dU.)


Beberapa hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber daya air, dapat disebutkan antara lain :


a. Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati


Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan juga makanan nabati. Jenis makanan ini didapat manusia dari usahanya dalam mengolah tanah dengan tumbuhan penghasil makanan. Untuk keperluan tumbuh dan berkembangnya, tanaman tersebut memerlukan penanganan khusus, terutama dalam pengaturan akan kebutuhan airnya. Manusia kemudian membuat bangunan dan saluran yang berfungsi sebagai prasarana pengambil, pengatur dan pembagi air sungai untuk pembasahan lahan pertaniannya. Bangunan pengambil air tersebut berupa bangunan yang sederhana dan sementara berupa tumpukan batu, kayu dan tanah, sampai dengan bangunan yang permanen seperti bendung, waduk dan bangunan-bangunan lainnya.

b. Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya


Seperti telah diketahui bersama, dalam keadaan biasa dan normal, sungai adalah mitra yang baik bagi kehidupan manusia. Namun, dalam keadaan dan saat-saat tertentu, sungai pun adalah musuh manusia yang akan merusak kenyamanan dan keamanan hidupnya. Pada setiap kejadian dan kegiatan yang ditimbulkan oleh sifat dan perilaku sungai, manusia kemudian berfikir dan berupaya untuk sebanyak-banyaknya memanfaatkan sifat dan perilaku sungai yang menguntungkan dan memperkecil atau bahkan berusaha menghilangkan sifat yang merugikan kehidupannya. Manusia lalu membangun bangunan-bangunan air sepanjang sungai yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-bendungan, pusat listrik tenaga air ataupun membuat bangunan yang diharapkan akan dapat melindungi manusia. terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng, bronjong dan fasilitas lainnya.

Kenyataan sejarah pun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan runtuh kejayaannya. Kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata karena disebabkan oleh bencana yang ditimbulkan oleh.perilaku sungai, namun kebanyakan merupakan proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan beberapa sarana dan prasarana yang penting bagi kehidupan manusia.

1.2 Beberapa Pengertian


a. Daerah pengaliran : adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS), dimana apabila terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi, akan mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai tersebut.


b. Daerah irigasi atau daerah pengairan : adalah kesatuan wilayah atau daerah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.


c. Daerah potensial : adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan.


d. Daerah fungsional : adalah bagian dari daerah potensial yang telah memiliki jaringan irigasi yang telah dikembangkan, luas daerah fungsional ini sama atau lebih keeil dari daerah potensial.


e. Jaringan irigasi : adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunannya.


f. Petak irigasi : adalah petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi dari satu jaringan irigasi.


g. Penyediaan irigasi : adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian.


h. Pembagian air irigasi : adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang berwenang dalam ekspoitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak tersier.


i. Pemberian air irigasi : adalah penyaluran jatah air irigasi dari jaringan utama ke petak tersier.


j. Penggunaan air irigasi : adalah pemanfaatan air irigasi di tingkat usaha tani.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap kehidupan manusia.
Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar rasa aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup di lembah dan di tepi sungai.
Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis.


Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah :


a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.


b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanain dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau mupun pada musim penghujan.
c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur penyubur.
d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.


e. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi, kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan selanjutnya dibasmi secara alamiah.


f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi daripada tanah, dimungkinkan untuk mengadakan pertanian juga pada musim tersebut.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang dipakai adalah metode Visul / Pengamatan .

1.5 Landasan Teori

*http://skalanews.com/baca/news/2/6/102897/daerah/ketinggian-sungai-serayu-naik--delapan-pintu-air-dibuka.html

*http://www.jpnn.com/read/2012/01/03/113053/Debit-Air-Naik,-Sungai-Serayu-

* http://id.wikipedia.org/wiki/Bendung_Gerak_Serayu_Gambarsari

* http://www.indoplaces.com/mod.php?mod=indonesia&op=view_region&regid=736.

1.5.1 Pengertian Irigasi Pada Bendungan


Irigasi berasal dari istilah irrigaite dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur dan setelah digunakan dapat pula dibuang kembali (Erman Mawardi et al.,2002). Untuk mengairi suatu daerah irigasi, haruslah ditinjau adanya sumber airnya. Dalam hal ini, adalah sungai yang memiliki debit dan elevasi yang cukup untuk disadapkan ke saluran induk. Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara bebas apabila elevasi sawah lebih rendah dari elevasi sungai, karena air akan lebih mudah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Permasalahan yang timbul adalah apabila sungai tersebut memiliki elevasi yang lebih rendah daripada elevasi sawah yang akan diari. Permasalahan ini dapat diatasi dengan membuat bendung. Dibangunnya suatu bendung adalah untuk menaikkan elevasi muka air sungai sehingga dapat mengairi suatu daerah irigasi yang memiliki elevasi yang lebih tinggi.Tujuan dibangunnya suatu bendung adalah:


v Menaikan elevasi air sehingga daerah yang bisa dialiri menjadi lebih luas.


v Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui Intake


v Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran sungai.


v Mengurangi fluktuasi sungai.


v Menyimpan air dalam waktu singkat.

1.5.2 Fungsi dan Pengertian Bendung


Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan Diversion Hard Work, yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi untuk menyadap air dari suatu sungai sebagai sumbernya.

Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang memotong suatu aliran sungai. Hal ini harus dibedakan dengan waduk yang bersifat menampung dan menyimpan air. Pada hakekatnya bendung dapat disamakan sebagai bangunan pelimpah atau Over Flow Weir Type.

Syarat-syarat konstruksi bendung yang harus dipenuhi antara lain :


1.Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.


4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.


5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.

BAB II

Bendungan Gerak Serayu gambarsari

Bendung Gerak Serayu adalah bendungan dengan memanfaatkan debit air sungai Serayu yang melintasi wilayah kabupaten Banyumas dan kabupaten Cilacap untuk pengairan sawah beririgasi di wilayah kedua kabupaten tersebut, Pembangunannya dimulai pada tahun 1993 dan diresmikan bulan November1996 yang telah mengalirkan air bagi sawah-sawah di Banyumas dan Cilacap, bahkan sebagian wilayah Kebumen. Total daerah cakupan pengairannya kurang-lebih 21.000 ha ( 210 km²).

Bendung Gerak Serayu (BGS) merupakan bendung gerak pertama di Indonesia. Mulai dibangun pada 1993, BGS diresmikan oleh presiden RI Soeharto pada 20 November 1996 setelah menghabiskan biaya sekitar Rp130 miliar. Dengan BGS, aliran sungai Serayu bisa ditampung dan dikendalikan. Selanjutnya dibagikan untuk mengairi sawah seluas puluhan ribu hektar di tiga wilayah, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen. Sawah yang semula tadah hujan pun bisa panen lebih dari sekali dalam setahun.

Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaa, pengoperasian, dampak pembangunan, dan lain sebagainya. Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :

v Catatan Keadaan Topografi bendungan gerak serayu gambarsari


1) dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari


2) bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan


3) dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi
4) disamping itu ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan

v Kondisi Topografi bendungan gerak serayu gambarsari


Dilihat dari lokasi bendung, harus memperhatikan beberapa aspek yaitu :


1) ketinggian bendung tidak terlalu tinggi


2) trase saluran induk terletak di tempat yang baik


3) penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen

v Kondisi Hidraulik dan Morfologi bendungan gerak serayu gambarsari


“ Dilihat dari lokasi bendung ; termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan pula dalam pemilihan lokasi bendung yang meliputi ” :


1) pola aliran sungai : kecepatan, dan arahnya pada waktu debit banjir, sedang


2) kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang


3) tinggi muka air pada debit banjir rencana baik


4) potensi dan distribusi angkutan sedimen tahap prosses baik


v Kondisi Tanah Fundasi bendungan gerak serayu gambarsari


Bendungan Gerak Serayu ditempatkan di lokasi dimana tanah fundasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi gerusan karena arus dan sebagainya ; secara teknik bendung dapat ditempatkan di lokasi sungai dengan tanah fundasi yang kurang baik, tetapi bangunan akan membutuhkan biaya yang tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaan yang tidak mudah.


1.5.3 Pembagian Bendung

v Berdasarkan cara pembendungannya


Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut, maka bendung dapat dibagi menjadi :


1) Bendung


Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh sebuah puncak pelimpah yang permanen. Meskipun bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih kecil dalam pelaksanaan pembendungan air .

2) Baragge


Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan dilakukan oleh pintu. Pada Barrage yang pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka pada waktu banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya akan menjadi minimum/ berkurang.

v Berdasarkan Fungsinya bendungan gerak serayu gambarsari

Bendungan gerak serayu gambarsari Sudah terdapat Bendung pengarah & Bendung Penahan


1) Bendung Pengarah ( Diversion Weir )


Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa pintu penutup dan terletak melintang atau memotong kedalaman dasar sungai. Fungsinya adalah untuk membelokkan air sungai ke saluran primer

2) Bendung Penahan


Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.

v Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi


1) Masonary Weir With Vertical Drops.


2) Rock Dry Stone Weir.

1.5.4 Bangunan yang Terdapat Pada Bendungan Gerak Serayu

v Tubuh Bendung ( Weir )


Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air banjir.
Tubuh bendung harus aman terhadap:


Ø Tekanan air


Ø Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak.


Ø Tekanan gempa


Ø Akibat berat sendiri

v Bangunan Pembilas


Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna mencegah masuknya bahan sidemen kasar ke dalam saluran irigasi.


Ada empat tipe, yaitu:


Ø Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan.


Ø Pembilas bawah


Ø Shunt undersluice


Ø Pengambilan bawah tipe boks


Untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi didekat intake maka perlu dibangun bangunan penguras ( Under Sluice ).

v Bangunan Penguras


Fungsinya adalah untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari under sluice dijaga agar lebih rendah dari puncak ambang bendung, sehingga akan membantu membawa debit pada musim kering ke arah under sluice. Normalnya, permukaan puncak ambang under sluice ini sama dengan permukaan dasar saluran terdalam pada musim kering. Dengan membukanya pintu penguras, maka akan menggelontor endapan lumpur yang terdapat di depan intake maupun di under sluice.

v Dinding Pemisah (Divide Wall )


Terbuat dari susunan batu kali atau beton yang dibangun disebelah kanan sumbu bendung dan membatasi antara tubuh bendung dengan under sluice (Bangunan Penguras).
Fungsi utama dari dinding pemisah yaitu :


Ø Membagi antara bendung utama dan under sluice, karena kedudukan under sluice lebih rendah daripada tubuh bendung.


Membantu mengurangi arus yang bergolak didekat intake sehingga lumpurØ akan mengendap di under sluice dan air yang bebas lumpur akan masuk ke intake.

v Canal Head Regulator (Intake)


Berfungsi sebagai :


Ø Mengatur pemasukan air kedalam saluran.


Ø Mengontrol masuknya lumpur kedalam sungai.


Ø Menahan banjir sungai masuk kedalam saluran.


Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan agak menyudut ( antara 90° – 110° dengan sumbu horizontal ).

v Kantong Lumpur


Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.

v Bangunan Pelengkap


Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :


Ø Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.


Ø Pengoperasian pintu


Ø Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan pemeliharaan.


Ø Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

1.5.5 Keadaan Tubuh Bendung


v Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai


Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:


Ø Kemiringan dasar sungai ( I ),


Ø Lebar dasar sungai (b),


Ø Debit maksimum (Qd).

v Menentukan tinggi mercu bending


Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


Ø Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh,


Ø Elevasi kedalaman air di sawah,


Ø Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah,


Ø Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier,


Ø Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder,


Ø Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran,


Ø Kehilangan tekanan di alat – alat ukur,


Ø Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer,


Ø Persediaan tekanan untuk eksploitasi,


Ø Persediaan untuk bangunan lain.

Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/ dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka dipertimbangkan terhadap :


Ø kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan


Ø kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan


Ø tinggi muka air genangan yang akan terjadi


Ø kesempurnaan aliran pada bending


Ø kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung.


Ø tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).

v Menentukan tinggi air di atas mercu bending


Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:


Ø Lebar Bendung (B)


Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini 6/5 lebar£disebut lebar mercu bruto. Biasanya lebar bendung (B) normal (Bn).


Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :


1.kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup


2.batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan :


1. sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge).


2. umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil.

Pengambilan lebar mercu tidak terlalu pendek dan tidak pula terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.

Ø Lebar Efektif Bendung


Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit. Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, perlu diketahui mengenai eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada pengairan air di atas mercu bendung, maka kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya 80%, maka lebar efektif bendung dapat dihitung dengan rumus:

Di mana: Lef = Lebar efektif bending


B = Lebar seluruh bending


= Jumlah tebal pilar


= Jumlah lebar pintu pembilas

v Menentukan panjang dan dalam kolam Olak


Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran. Rumus yang dipakai untuk menentukan dalam kolam olak adalah RUMUS SCHOKLISH yaitu:

Dimana: T = Scouring depth


d = Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir


h = Beda tinggi


q = Debit persatuan lebar

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang kolam olak adalah Rumus Angerholzer yaitu:

Dimana: L = Scouring length


Hd = Tinggi air diatas bending


Vi = Kecepatan pada kolam olak


g = gravitasi (9.8 m2/detik)

v Menentukan Panjang Lantai Muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical.
Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori:

Ø Teori Bligh


Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.

Dimana: ΔH = Beda tekanan


L = Panjang creep line


C = creep ratio

Ø Teori Lane


Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan oleh air untuk mengalir kea rah vertical lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1, sehingga dapat dianggap :

Dimana: H = Tekanan


L = Panjang creep line

v Menentukan Stabilitas Bendung


Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:


Ø Gaya berat,


Ø Gaya gempa,


Ø Tekanan Lumpur,


Ø Gaya hidrostatis,


Ø Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

v Perencanaan Pintu


Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

v Pintu Penguras


Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.

1.6 Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung, antara lain:
v Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
v Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah.


v Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya.
Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggiv muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.


Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir,v kerikil, dan batu – batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak ambang.

1.7 Tipe Mercu Bendung


Tipe bendung yang terdapat di Indonesia, bentuk profilnya adalah sebagai berikut:

a. Type Mercu Bulat


Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.


b. Type Mercu Ogee


Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.

Gambar Mercu Tipe Ogee

c. Tipe Vlughter


Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.

d. Tipe Schoklitsch


Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

BAB III

Penutup & Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan bahwa :

  • Untuk Pengairan Air di Bendung Gerak Serayu cukup Baik
  • Konstruksi Bendung Gerak serayu sudah memenuhi stadar pendirian sebuah bendung
  • Dari hasil kunjungan kemarin Kebersihan di sekitar Bendung Gerak serayu Sangat kurunga walaupun sudah ada petugas kebersihan
  • Keamanan disekitar Bendung sangat kurang terbukti jalan yang seharusnya untuk pengawasan dan pengcekan bendung Malah untuk lewat masuk kendaraan motor.
  • Air mengairi yang terdapat di bendung gerak serayu Kurang bersih

Demikianlah laporan tugas “ Bangunan Air” semoga dapat memenuhi tugas matakuliah untuk semester V ini dan bisa bermanfaat untuk Mahasiswa umumnya.

Wasalamualaikum W.r W.b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar